Interpretasi Esoteris Puasa dalam Surah Al-Baqarah Ayat 183 Studi Kitab Tafsir Al-Qusyairi Al-Musamma Lata’if Al-Isyarat

Authors

  • Fahmi Idrus Fahmi Sekolah Tinggi Agama Islam Sadra, Jakarta

DOI:

https://doi.org/10.22373/quranicum.v1i2.5055

Keywords:

Interpretasi Esoteris Puasa, Puasa Sufi al-Qushairi, Tafsir Laṭa’if al-Isyarat

Abstract

This research aims to overcome problems related to the esoteric understanding of fasting and the meaning of fasting verses in the Koran, as well as the contradiction between fasting and committing disgraceful acts. The focus of this research is Tafsir Al-Qushairi Lataif al-Isyarat, using analytical descriptive methods. In the context of society, there is a lack of understanding in understanding the esoteric nature of fasting, where fasting is often interpreted only as a physical obligation without paying attention to the inner dimension. There is also the phenomenon of someone who fasts but still commits disgraceful acts, such as backbiting and being tempted by lust. Through the Ulumul Qur’an approach and Sufism, Al-Qushairi provides an esoteric interpretation of fasting in Surah Al-Baqarah Verse 183. This research reveals that fasting, according to Al-Qushairi, has an inner and outer meaning. The meaning of birth includes enduring hunger, thirst and lust from sunrise to sunset, according to general understanding. However, its inner meaning is deeper, containing Sufi fasting practices of a spiritual nature. The results of this research contribute to the esoteric understanding of fasting in the context of Tafsir Al-Qushairi, with the implication of helping to deepen people's understanding of the true purpose of fasting and moving away from understandings that simply eliminate physical obligations. Thus, this research provides a holistic view regarding the practice and meaning of fasting, not only limited to its outer aspects but also its inner dimensions in accordance with Al-Qushairi's views.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi problematika terkait pemahaman esoteris puasa dan makna ayat-ayat puasa dalam Al-Qur'an, serta pertentangan antara berpuasa dengan melakukan perbuatan tercela. Fokus penelitian ini adalah Tafsir al-Qushairi Lataif al-Isyarat, dengan menggunakan metode deskriptif analitis. Dalam konteks masyarakat, terdapat ketidakpahaman dalam memahami esoteris puasa, di mana puasa sering diartikan hanya sebagai kewajiban fisik tanpa memperhatikan dimensi batin. Terdapat pula fenomena seseorang yang berpuasa namun tetap melakukan perbuatan tercela, seperti menggibah dan tergoda oleh hawa nafsu. Melalui pendekatan Ulumul Qur’an dan ilmu tasawuf, al-Qushairi memberikan interpretasi esoteris puasa dalam Surah Al-Baqarah Ayat 183. Penelitian ini mengungkapkan bahwa puasa, menurut al-Qushairi, memiliki makna lahir dan batin. Makna lahir mencakup menahan lapar, haus, dan hawa nafsu dari terbit hingga terbenamnya matahari, sesuai dengan pemahaman umum. Namun, makna batinnya lebih dalam, mengandung praktik-praktik puasa sufistik yang bersifat spiritual. Hasil penelitian ini memberikan kontribusi pada pemahaman esoteris puasa dalam konteks Tafsir al-Qushairi, dengan implikasi membantu memperdalam pengertian masyarakat terhadap tujuan sebenarnya dari ibadah puasa dan menjauhkan pemahaman yang sekadar menggugurkan kewajiban fisik. Dengan demikian, penelitian ini memberikan pandangan holistik terkait praktik dan pemaknaan puasa, tidak hanya sebatas aspek lahiriahnya tetapi juga dimensi batiniahnya sesuai dengan pandangan al-Qushairi.

References

Abdul Pirol, R. (2022). Ensiklopedis membincang ragam persoalan di bulan puasa. Surabaya: Cipta Media Nusantara.

Abi Nasr Abdullah bin Ali As-Sarraj Al-Tusi. (1914). Allum’a fit-tasawwuf. London: Central Archaeological Library.

Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali. (2011). Minhajul abidin: Jalan para ahli ibadah (Abu Hamas As-Sasaky, Penerj.). Jakarta: Katulistiwa.

Abu Karam Amin. (2020). Hakikat ibadah menurut Ibn Arabi dalam Haqiqah al-‘Ibadah Muhyiddin Ibn Arabi (Roni Nugroho, Penerj.). Ciputat: Alifia Books.

Abu Kasim Abdul Karim bin Hawazin bin Abdul Malik Al-Qushairi. (1981). Tafsir al-Qushairi al-musamma Lata’if al-Isyarat. Mesir: Al-Hay’ah al-Misriyyah al-‘Ammah li Al-Kitab.

Abu Kasim Abdul Karim bin Hawazin bin Abdul Malik Al-Qushairi. (2007). Tafsir al-Qushairi al-musamma Lata’if al-Isyarat. Lebanon: Dar Al-Kutub al-‘Ilmiyyah.

Abu Zakariya An-Nawawi. (2019). Hadis Arba’in Nawawi (Umar Fadil, Penerj.). Surabaya: ND Creative Solutions.

Ahmad Khoiron Mutafit. (2004). Kupas tuntas puasa. Jakarta: Qultum Media.

Ahmad Sahrul ‘Alim. (2023). Rahasia puasa sunah. Bengkulu: Elmarkazi.

Al-Bigrawi & Ibn Arabi. (2008). Merasakan manisnya iman dalam kitab Kunh Malabudda minhu li al-murid (A. Syamsul Rizal & Hodri Aiev, Penerj.). Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.

Al-Ghazali. (1995). Bidaya al-hidaya (Abu Ali Al-Banzari An-Nadwi, Penerj.). Derang Malaysia: Khazana Banjariah.

Al-Ghazali. (2008). Ihya Ulumuddin (Irwan Kurniawan, Penerj.). Bandung: Mizan Pustaka.

Al-Ghazali. (2011). Ihya Ulumuddin 2: Rahasia ibadah. Jakarta: Republika Penerbit.

Al-Ghazali. (2022). Asraru as-saum wa muhimatih (Bahruddin Achmad, Penerj.). Bekasi: Pustaka Al-Muqsith.

Athoillah Islamy & Nurul Istiani. (2021). Pendidikan spiritual ibadah puasa perspektif andragogi sufistik. Studi Multidisipliner Kajian Keislaman, 8(1). Pekalongan: IAIN Padangsidimpuan.

Darmawan. (2022). Puasa sufistik: Mereguk pesan-pesan batin puasa. Cinere Depok: Nuralwala.

Darwis Abu Ubaidah. (2012). Tafsir al-Asas. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Dwi Suwiknyo. (2019). Hapus penat dengan salat. Jakarta: Elex Media Komputindo Kompas Gramedia.

H. Miftah Faridl. (2007). Antar aku ke tanah suci: Paduan mudah haji umrah dan ziarah. Jakarta: Gema Insani.

Ibn Hajar Al-Asqalani. (2011). Fathul Bari: Sahih al-Bukhari (Amiruddin, Penerj.). Jakarta: Pustaka Azzam.

Ibnu Rusyd. (2010). Bidaya al-mujtahid wa nihaya al-muqtashid jilid I (Al-Mas’udah, Penerj.). Bandung: Pustaka Al-Kautsar.

Ibrahim Amini. (2002). Risalah tasawuf: Kitab suci para pesuluk (Ahmad Subandi & Muhammad Ilyas, Penerj.). Jakarta: Islamic Center Jakarta.

Jalaluddin Rahkmat. (2005). Madrasah ruhaniah: Berguru pada Ilahi di bulan suci. Bandung: Mizan Pustaka.

Mansur Chadi Mursid. (2019). Menjaga puasa Ramadhan. Bandung: Panca Terra Firma.

Moh Toharudin. (2019). Penelitian tindakan kelas: Teori dan aplikasinya untuk pendidik yang profesional. Klaten, Jawa Tengah: Lakeisha.

Muhammad Fu’ad Abdulbaqi. (2008). Al-Mu’jam al-mufahras. Mesir: Darul Kutub al-Misriyyah.

Muhsin & Hadana Erha Saufan. (2023). Studi Ulumul Qur’an. Banda Aceh: Bambu Kuning Utama.

Samsul Munir Amin & Ariyanto Al-Fandi. (2011). Etika beribadah berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah. Jakarta: Amzah.

Sayyid Haydar Amuli. (1989). Inner secrets of the path (Assadullah Ad-Dhaakir Yate, Penerj.). Great Britain: Zahrah Amanah.

Seyyed Hossein Nasr. (2002). Islamic spirituality foundation: Ensiklopedia tematis spiritual Islam (Rahmani Astuti, Penerj.). Bandung: Mizan.

Seyyed Hossein Nasr. (2017). Al-Hikmah al-muta’aliyah Mulla Sadra: Sebuah terobosan dalam filsafat Islam (Mustamin Al-Mandary, Penerj.). Jakarta: Sadra Press.

Sumaji Muhammad Anis & Zuhdi Muhammad Nazmuddin. (2008). 125 masalah puasa. Solo: Al-Imtiyaz Tiga Serangkai.

Umar H. Musthafa. (2014). Ramadhan: Pembangkit esensi insan. Riau: Gramedia Indragiri.

Yoyok Rahayu Basuki. (2023). Kisah sufi. Malang: Publisher.

Yusuf Qardhawi. (2007). Mukjizat puasa: Resep ilahi agar sehat jasmani dan rohani (Danis Wijaksana, Penerj.). Bandung: Mizan Pustaka.

Downloads

Published

2024-12-30

How to Cite

Fahmi, F. I. (2024). Interpretasi Esoteris Puasa dalam Surah Al-Baqarah Ayat 183 Studi Kitab Tafsir Al-Qusyairi Al-Musamma Lata’if Al-Isyarat. QURANICUM: Jurnal Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir, 1(2), 130–146. https://doi.org/10.22373/quranicum.v1i2.5055

Issue

Section

Articles

Similar Articles

You may also start an advanced similarity search for this article.