PENGGUNAAN CANGKANG KEONG SAWAH (Pila ampullacea) SEBAGAI BIOKOAGULAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH DOMESTIK (GREY WATER)

Authors

  • Dewi Sriwahyuni UIN Ar-Raniry Banda Aceh
  • Teuku Muhammad Ashari a:1:{s:5:"en_US";s:13:"UIN Ar-Raniry";}
  • Muhammad Ridwan Harahap UIN Ar-Raniry Banda Aceh

DOI:

https://doi.org/10.22373/amina.v2i3.1386

Keywords:

Limbah Domestik, Turbiditas, COD, pH

Abstract

Pembuangan air limbah yang dilakukan tanpa pengolahan lebih lanjut akan menyebabkan badan air menjadi tercemar dan kondisi lingkungan menjadi rusak. Cara yang dapat digunakan untuk mengurangi tingkat pencemaran pada limbah domestik yaitu dengan menggunakan cangkang keong sawah sebagai biokoagulan pada proses pengolahan limbah. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kemampuan cangkang keong sawah dalam menurunkan tingkat pencemaran Turbiditas, COD dan pH serta mengetahui pengaruh konsentrasi yang diberikan oleh cangkang keong sawah. Pengolahan limbah pada penelitian ini dilakukan dengan proses koagulasi-flokulasi. Dosis koagulan yang digunakan 0 g/L, 10 g/L, 20 g/L, 30 g/L, 40 g/L dan 50 g/L. Waktu pengadukan cepat 100 rpm, 125 rpm dan 150 rpm dengan kecepatan pengadukan lambat 30 rpm, 60 rpm dan 90 rpm. Waktu pengendapan 30, 60 dan 90 menit. Hasil penelitian penurunan tingkat kekeruhan paling optimum terjadi pada konsentrasi 50 g/L dengan kecepatan pengadukan 125 rpm dan waktu pengendapan 60 menit sebesar 11,36 NTU dengan persentase penurunan sebesar 88,52%. Sedangkan penurunan COD paling optimum adalah pada kecepatan 125 rpm dengan konsentrasi 50 g/L yaitu sebesar 18,6 mg/L dengan persentase penurunan sebesar 90,88%.

References

Asmadi & Suharno. (2012). Dasar-Dasar Teknologi Pengolahan Air Limbah. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Emilia, I. (2013). Distribusi logam kadmium dalam air dan sedimen di Sungai Musi Kota Palembang. JPS 6(2): 59-64.

Kristijarti. (2013). Penentuan Jenis Koagulan dan Dosis Optimum Untuk Meningkatkan Efisiensi Sedimentasi dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah Pabrik Jamu X. Laporan Penelitian Universitas Katolik Parahyangan. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Pandia, S. & Husin, A. 2005. Pengaruh Massa dan Ukuran Biji Kelor pada Proses Penjernihan Air. Jurnal Teknologi Proses. Universitas Sumatera Utara 4 (2): 26-33.

Noviani, H. (2012). Analysis using polyaluminium chloride coagulant (PAC) and chitosan in water purification process in PDAM Tirta Pakuan Bogor. Bogor: Fakultas MIPA Universitas Pakuan.

Purwono., Tunjung K, W., & Mochtar H. (2017). Studi Penurunan TSS, Turbidity dan COD dengan Menggunakan Kitosan dari Limbah Cangkang Sumpil (Faunus Aster) Sebagai Nano Biokoagulan dalam Pengolahan Limbah Cair PT. Phapros Tbk Semarang. Jurnal Teknik Lingkungan. Vol. 6, No. 1.

Rani, Y. I. (2010). Penggunaan Serbuk Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan dan Flokulan dalam Perbaikan Kualitas Air Limbah dan Air Tanah. Tesis. Universitas Islam Negeri Jakarta.

Sastrawijaya. (2000). Perencanaan Lingkungan. Jakarta: PT Rinika Cipta.

Simaremare, S. R. S. (2013). Perbedaan kemampuan cangkang keong sawah,cangkang kepiting dengan cangkang udang sebagai koagulan alami dalam penjernihan air sumur di Desa Tanjung Ibus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat. Medan: Universitas Sumatera Utara.

SNI 06-6989. 25.2005. Tentang Metode Pengujian Kandungan Kekeruhan.

SNI 06-6989.11.2004. Tentang Metode Pengujian Kandungan pH.

SNI 6989.73.2009. Tentang Metode Pengujian Kandungan COD.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sunu, P. 2001. Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan ISO 1400. Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Syamsumarsih, D. 2011. Penggunaan Biji Asam Jawa (Tumarindus Indica L.) dan Biji Kecipir (Psophocarpus Tetragonolobus L.) Sebagai Koagulan Alami dalam Perbaikan Kualitas Air Tanah. Skripsi. Universitas Islam Negeri Jakarta.

Utami, ER. 2011. Antibiotika, Resistensi, dan Rasionalitas Terapi. Malang: Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maliki.

Downloads

Published

2022-02-23